ASOHI akan menyelenggarakan Munas VII tanggal 6-7 Mei di Hotel Grand Zuri, BSD City. Mari kita simak artikel tentang Munas ASOHI di dimuat di Infovet edisi Mei 2015
Hampir 36 tahun Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) hadir dan berkiprah, mewarnai jagat industri peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. Sejak berdirinya, 25 Oktober 1979, ASOHI terus berbenah dan memantapkan posisinya sebagai wadah usaha yang meliputi importir,eksportir, produsen distributor, pengecer, hingga pabrik pakan yang mencampur obat hewan .
Bukan tanpa maksud, ASOHI didirikan. Mengingat begitu pentingnya bidang peternakan dan kesehatan hewan bagi kesehatan manusia, serta perannya dalam turut meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, ASOHI didirikan sebagai payung bagi anggotanya. Dengan begitu, para pelaku industri obat hewan dapat mewujudkan usaha obat hewan yang tangguh, mandiri, bertanggung jawab, serta mampu memenuhi kebutuhan obat hewan sebagai sarana mengembangkan kesehatan dan melestarikan sumberdaya hewani.
Di tengah perkembangan dunia usaha peternakan dan kesehatan hewan yang semakin dinamis, ASOHI sebagai wadah berkumpulnya perusahaan obat hewan dituntut untuk mampu bergerak dengan fleksibel dan dinamis. Terlebih sebagai satu-satunya asosiasi industri obat hewan yang mampu menjadi jembatan sekaligus referensi bagi pemerintah juga rujukan bagi stake holder lainnya, ASOHI dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas keilmuannya.
Dengan tetap memperhatikan kepentingan anggota, sekaligus mitra bisnis terkait, ASOHI terus berjalan sesuai dengan tujuan berdirinya, menjembatani dan menjalin hubungan antarpihak yang berkaitan; aktif dalam pengembangan produksi peternakan dan kesehatan hewan; serta membina dan meningkatkan kemampuan anggota dalam mewujudkan usaha yang sehat, tertib, dan bertanggung jawab.
Tantangan utama
Selama hampir empat dekade, ASOHI mengawal jalannya perkembangan dunia industri obat hewan. Pahit getir dalam upaya membangun organisasi yang solid dan menempatkan diri sebagai organisasi yang layak diperhitungkan membuat ASOHI terus merumuskan arah kebijakan. Salah satunya adalah memetakan tantangan utama yang harus dihadapi di masa yang akan datang.
Sebagaimana dirumuskan oleh Ketua ASOHI periode 2005-2010, Gani Haryanto, terdapat tiga tantangan utama pada decade keempat (2009-2019) yang perlu disikapi dengan bijak oleh pengurus dan anggota ASOHI di masa mendatang. Pertama, dinamika birokrasi pemerintah. Kedua, otonomi daerah. Ketiga, dampak globalisasi.
Tak dapat dipungkiri, pergantian pejabat yang dinamis terkait erat dengan kebijakan yang akan diterapkan. Sementara perubahan kebijakan terkait erat dengan implementasinya di lapangan. Tentunya, hal tersebut menuntut komunikasi yang lebih intensif antara ASOHI dengan pemerintah.
Berubahnya sistem pemerintahan dari sentralisasi ke otonomi daerah juga membawa dampak. Jika pada masa sentralisasi kebijakan bisa langsung diimplementasikan dari pusat hingga daerah, era otonomi berbeda. Hal ini disebabkan masing-masing daerah berupaya mengelola dan mengembangkan potensi wilayahnya masing-masing. Konsekuensinya, struktur kedinasan yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan di tingkat provinsi dan kabupaten juga mengalami perubahan. Ada yang berdiri sendiri, digabung dengan Dinas Pertanian, digabung dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, dilebur dengan Dinas Perindustrian, bahkan dengan Dinas Perekonomian Rakyat.
Sementara tantangan globalisasi muncul sebagai konsekuensi peran negara dalam meyepakati perdagangan bebas. Tak hanya produk obat hewan yang akan bebas keluar-masuk negeri ini, melainkan juga produk terkait ternak dan hewan. Merebaknya isu kesehatan hewan semakin banyak selama 10 tahun terakhir—seperti avian influenza (AI), —menuntut kejelian dalam menanganinya.
Mengatasi tantangan
Menyikapi tantangan yang telah dirumuskan ketua umum sebelumnya, Rakhmat Nurijanto, Ketua ASOHI periode 2010—2015, pun menyusun 4 visi ASOHI. Pertama, tangguh. Kedua, dicintai anggota. Ketiga, disegani lingkungan. Keempat, bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Tangguh adalah syarat bagi sebuah organisasi untuk terus eksis. Tentu saja, organisasi yang tangguh tak lepas dari kekuatan internal yang solid. Untuk mencapai hal tersebut, ASOHI melakukan pembekalan kepada para pengurus dalam hal keorganisasian. Para pengurus senior melakukan kaderisasi untuk menyiapkan para pengurus berikutnya yang tahan banting dan mampu menghadapi tantangan-tantangan baru. Tak hanya pengurus, para anggota juga dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan baru di seputar industri obat hewan lewat seminar-seminar dan pelatihan.
Dukungan internal yang kuat dari para anggota tentunya tak lepas dari rasa cinta. Oleh karena rasa cinta, timbul rasa ikut memiliki dan ikut bertanggung jawab atas hidup dan matinya organisasi. Tak pelak, ASOHI pun bergerak untuk melayani kepentingan para anggota dengan memperbanyak, meningkatkan mutu, dan mendekatkan pelayanan kepada anggota. Beberapa hal yang dilakukan di antaranya memberikan konsultasi, menjembatani anggota dan pemerintah, membantu memberikan solusi permasalahan anggota terkait perizinan atau pun registrasi, serta mengembangan peran ASOHI Daerah. Dengan demikian, peran ASOHI dapat dirasakan secara nyata oleh para anggota, yang tentunya juga berimbas pada stake holder terkait.
Eksistensi organisasi juga tak lepas dari bagaimana lingkungan di sekitarnya memberikan pandangan. ASOHI bukan sekadar “organisasi papan nama”, yang hanya tertulis namanya tapi tidak memiliki peran dan kegiatan yang diperhitungkan. Oleh sebab itu, sosialisasi organisasi sekaligus kiprahnya terus dilakukan ASOHI, baik pada anggota maupun masyarakat, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Di luar negeri, nama besar ASOHI tak layak diabaikan. Sebagai wakil dari Indonesia, ASOHI diterima sebagai anggota IFAH (International Federation for Animal Health). Artinya, Indonesia menjadi negara ketiga di Asia, setelah Jepang dan Korea Selatan, yang menjadi anggota organisasi kesehatan hewan internasional tersebut. ASOHI bahkan turut memprakarsai berdirinya AFAH (ASEAN Federation for Animal Health), organisasi obat hewan lingkup negara ASEAN.
Adapun untuk masyarakat, ASOHI beperan aktif dalam upaya meningkatkan konsumsi protein. Tak bisa dipungkiri, tingkat konsumsi protein hewani masyarakat masih rendah. Sebagai contoh, konsumsi ayam masih 7 kg per orang per tahun. Sementara di Thailand, tingkat konsumsinya mencapai 18 kg per orang per tahun. Bahkan Malaysia sudah mencapai 30 kg per orang dan per tahun. Hal ini mendorong ASOHI untuk melakukan sosialisasi pentingnya mengonsumsi protein dengan menggagas Hari Telur dan Ayam Nasional, yang diperingati setiap tanggal 15 Oktober dan diawali pada tahun 2011.
Hari Telur dan Ayam Nasional juga menjadi ajang sosialisasi untuk memberikan penjelasan seputar kesehatan terkait dunia peternakan. Salah satunya informasi seputar isu penggunaan hormon, yang tidak hanya menurunkan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi berimbas pada pembangunan dunia industri peternakan dalam negeri.
Meningkatnya konsumsi ayam dan telur akan menggerakkan dan menggairahkan industri peternakan. Berkembangnya industri peternakan otomatis juga akan meningkatkan pertumbuhan industri obat hewan sebagai salah satu sarana penunjang yang sangat penting.
Menuju Munas VII
Hampir 36 tahun ASOHI mengabdi. Banyak hal sudah dilakukan untuk perkembangan industri obat hewan. Salah satunya ketersedian bahan baku lokal untuk vaksin mencapai 98%. Namun, untuk farmasetik , baik untuk hewan maupun manusia tampaknya dibutuhkan usaha yang lebih keras untuk mengejar ketertinggalan.
Di bidang obat herbal, Indonesia masih bisa bersaing karena ketersediaan bahan bakunya yang lebih melimpah dibandingkan negara lain. Untuk menuju ke sana, ASOHI mengadakan acara Temu Peneliti yang akan terus memberikan semangat dan daya untuk menyaingi ketertinggalan tersebut.
Untuk impor, industri obat hewan Indonesia terbuka lebar dari negara mana pun, baik dari Eropa, Amerika, Amerika Latin, China, dan sebagainya. Sebaliknya, ekspor obat hewan Indonesia pun telah merambah ke berbagai negara. Total terdapat 36 negara seperti Belgia, Nigeria, Bangladesh, Perancis, Jerman, India, Italia, Libanon, Pakistan, yang jelas negara-negara maju. Dalam waktu dekat, ekspor obat hewan Indonesia juga akan merambah negara lain, misalnya Turki.
Ke depan, arah industri obat hewan di Indonesia akan ditentukan dalam Munas ASOHI VII, yang diselenggarakan pada tanggal 6—7 Mei 2015. Sebagai organisasi yang telah terbukti memberikan dedikasi, Munas ASOHI VII tentunya akan menjadi perhatian khalayak masyarakat Indonesia, khususnya yang terkait erat dengan industri obat hewan. Hal ini disebabkan Munas, sebagai lembaga tertinggi organisasi, merupakan media penyempurnaan AD, ART, dan kode etik ASOHI; penetapan program kerja ASOHI; pemilihan ketua umum; penetapan anggota kehormatan; serta wadah dikeluarkannya rekomendasi, baik untuk internal dan eksternal.
Menuju Munas VII, telah tergantung Di pundak ASOHI, harapan untuk perkembangan industri obat hewan yang lebih baik, perkembangan industri peternakan yang lebih baik, sekaligus kesejahteraan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Semua mata dan telinga telah menanti. Selamat Munas, ASOHI! (Rch)